Thursday, June 30, 2011

Soal Jawab Agama Dr Yusuf Qardhawi - Fitnah dan Suara Wanita

FITNAH DAN SUARA WANITA Dr. Yusuf Qardhawi
PERTANYAAN

Sebagian orang berprasangka buruk terhadap wanita. Mereka menganggap wanita sebagai sumber segala bencana dan fitnah. Jika terjadi suatu bencana, mereka berkata, "Periksalah kaum wanita!" Bahkan ada pula yang berkomentar, "Wanita merupakan sebab terjadinya penderitaan manusia sejak zaman bapak manusia (Adam) hingga sekarang, kerana wanitalah yang mendorong Adam untuk memakan buah terlarang hingga dikeluarkannya dari syurga dan terjadilah penderitaan dan kesengsaraan atas dirinya dan diri kita sekarang." Anehnya, mereka juga mengemukakan dalil-dalil agama untuk menguatkan pendapatnya itu, yang kadang-kadang tidak sahih, dan adakalanya - meskipun sahih - mereka pahami secara tidak benar, seperti terhadap hadits-hadits yang berisi peringatan terhadap fitnah wanita, misalnya sabda Rasulullah saw: "Tidaklah aku tinggalkan sesudahku suatu fitnah yang lebih membahayakan bagi laki-laki daripada (fitnah) perempuan." Apakah maksud hadits tersebut dan hadits-hadits lain yang seperti itu? Hadits-hadits tersebut kadang-kadang dibawakan oleh para penceramah dan khatib, sehingga dijadikan alat oleh suatu kaum untuk menjelek-jelekkan kaum wanita dan oleh sebagian lagi untuk menjelek-jelekkan Islam. Mereka menuduh Islam itu dusta (palsu) kerana bersikap keras terhadap wanita dan kadang-kadang bersikap zalim. Mereka juga mengatakan, "Sesungguhnya suara wanita - sebagaimana wajahnya - adalah aurat. Wanita dikurung dalam rumah sampai meninggal dunia."

Kami yakin bahwa tidak ada agama seperti Islam, yang menyadarkan kaum wanita, melindunginya, memuliakannya, dan memberikan hak-hak kepadanya. Namun, kami tidak memiliki penjelasan dan dalil-dalil sebagai yang Ustadz miliki. Kerana itu, kami mengharap ustadz dapat menjelaskan makna dan maksud hadits-hadits ini kepada orang-orang yang tidak mengerti Islam atau berpura-pura tidak mengerti. Semoga Allah menambah petunjuk dan taufik-Nya untuk Ustadz dan menebar manfaat ilmu-Nya melalui Ustadz. Amin.

JAWAPAN

Sebenarnya tidak ada satu pun agama langit atau agama bumi, kecuali Islam, yang memuliakan wanita, memberikan haknya, dan menyayanginya. Islam memuliakan wanita, memberikan haknya, dan memeliharanya sebagai manusia. Islam memuliakan wanita, memberikan haknya, dan memeliharanya sebagai anak perempuan. Islam memuliakan wanita, memberikan haknya, dan memeliharanya sebagai isteri. Islam memuliakan wanita, memberikan haknya, dan memeliharanya sebagai ibu. Dan Islam memuliakan wanita, memberikan haknya, dan memelihara serta melindunginya sebagai anggota masyarakat. Islam memuliakan wanita sebagai manusia yang diberi tugas (taklif) dan tanggung jawab yang utuh seperti halnya laki-laki, yang kelak akan mendapatkan pahala atau seksa sebagai balasannya. Tugas yang mula-mula diberikan Allah kepada manusia bukan khusus untuk laki-laki, tetapi juga untuk perempuan, yakni Adam dan isterinya (lihat kembali surat al-Baqarah: 35)

Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun nash Islam, baik Al-Qur'an maupun As-Sunnah sahihah, yang mengatakan bahwa wanita (Hawa) yang menjadi penyebab diusirnya laki-laki (Adam) dari syurga dan menjadi penyebab penderitaan anak cucunya kelak, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Perjanjian Lama. Bahkan Al-Qur'an menegaskan bahwa Adamlah orang pertama yang dimintai pertanggung JAWAPAN (lihat kembali surat Thaha: 115-122).

Namun, sangat disayangkan masih banyak umat Islam yang merendahkan kaum wanita dengan cara mengurangi hak-haknya serta mengharamkannya dari apa-apa yang telah ditetapkan syara'. Padahal, syari'at Islam sendiri telah menempatkan wanita pada proporsi yang sangat jelas, yakni sebagai manusia, sebagai perempuan, sebagai anak perempuan, sebagai isteri, atau sebagai ibu. Yang lebih memprihatinkan, sikap merendahkan wanita tersebut sering disampaikan dengan mengatas namakan agama (Islam), padahal Islam bebas dari semua itu. Orang-orang yang bersikap demikian kerap menisbatkan pendapatnya dengan hadits Nabi saw. yang berbunyi: "Bermusyawarahlah dengan kaum wanita kemudian langgarlah (selisihlah)." Hadits ini sebenarnya palsu (maudhu'). Tidak ada nilainya sama sekali serta tidak ada bobotnya ditinjau dari segi ilmu (hadits). Yang benar, Nabi saw. pernah bermusyawarah dengan isterinya, Ummu Salamah, dalam satu urusan penting mengenai umat. Lalu Ummu Salamah mengemukakan pemikirannya, dan Rasulullah pun menerimanya dengan rela serta sadar, dan ternyata dalam pemikiran Ummu Salamah terdapat kebaikan dan berkah.

Mereka, yang merendahkan wanita itu, juga sering menisbatkan kepada perkataan Ali bin Abi Thalib bahwa "Wanita itu jelek segala-galanya, dan segala kejelekan itu berpangkal dari wanita." Perkataan ini tidak dapat diterima sama sekali ia bukan dari logika Islam, dan bukan dari nash*

Bagaimana bisa terjadi diskriminasi seperti itu, sedangkan Al-Qur'an selalu menyejajarkan muslim dengan muslimah, wanita beriman dengan laki-laki beriman, wanita yang taat dengan laki-laki yang taat, dan seterusnya, sebagaimana disinyalir dalam Kitab Allah. Mereka juga mengatakan bahwa suara wanita itu aurat, kerananya tidak boleh wanita berkata-kata kepada laki-laki selain suami atau mahramnya. Sebab, suara dengan tabiatnya yang merdu dapat menimbulkan fitnah dan membangkitkan syahwat. Ketika kami tanyakan dalil yang dapat dijadikan acuan dan sandaran, mereka tidak dapat menunjukkannya. Apakah mereka tidak tahu bahwa Al-Qur'an memperbolehkan laki-laki bertanya kepada isteri-isteri Nabi saw. dari balik tabir? Bukankah isteri-isteri Nabi itu mendapatkan tugas dan tanggung jawab yang lebih berat daripada isteri-isteri yang lain, sehingga ada beberapa perkara yang diharamkan kepada mereka yang tidak diharamkan kepada selain mereka? Namun demikian, Allah berfirman: "Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir ..."(al-Ahzab: 53) Permintaan atau pertanyaan (dari para sahabat) itu sudah tentu memerlukan JAWAPAN dari Ummahatul Mukminin (ibunya kaum mukmin: isteri-isteri Nabi). Mereka biasa memberi fatwa kepada orang yang meminta fatwa kepada mereka, dan meriwayatkan hadits-hadits bagi orang yang ingin mengambil hadits mereka.

Pernah ada seorang wanita bertanya kepada Nabi saw. dihadapan kaum laki-laki. Ia tidak merasa keberatan melakukan hal itu, dan Nabi pun tidak melarangnya. Dan pernah ada seorang wanita yang menyangkal pendapat Umar ketika Umar sedang berpidato di atas mimbar. Atas sanggahan itu, Umar tidak mengingkarinya, bahkan ia mengakui kebenaran wanita tersebut dan mengakui kesalahannya sendiri seraya berkata, "Semua orang (bisa) lebih mengerti daripada Umar." Kita juga mengetahui seorang wanita muda, puteri seorang syeikh yang sudah tua (Nabi Syu'aib) yang berkata kepada Musa, sebagai dikisahkan dalam Al-Qur'an: "... Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)-mu memberi minum (ternak) kami ..." (al-Qashash: 25) Sebelum itu, wanita tersebut dan saudara perempuannya juga berkata kepada Musa ketika Musa bertanya kepada mereka: "... Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)? Kedua wanita itu menjawab, 'Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedangkan bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya." (al-Qashash: 23)

Selanjutnya, Al-Qur'an juga menceritakan kepada kita percakapan yang terjadi antara Nabi Sulaiman a.s. dengan Ratu Saba, serta percakapan sang Ratu dengan kaumnya yang laki-laki. Begitu pula peraturan (syariat) bagi nabi-nabi sebelum kita menjadi peraturan kita selama peraturan kita tidak menghapuskannya, sebagaimana pendapat yang terpilih. Yang dilarang bagi wanita ialah melunakkan pembicaraan untuk menarik laki-laki, yang oleh Al-Qur'an diistilahkan dengan al-khudhu bil-qaul (tunduk/lunak/memikat dalam berbicara), sebagaimana disebutkan dalam firman Allah: "Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik." (al-Ahzab: 32)

Allah melarang khudhu, yakni cara bicara yang bisa membangkitkan nafsu orang-orang yang hatinya "berpenyakit." Namun, dengan ini bukan bererti Allah melarang semua pembicaraan wanita dengan setiap laki-laki. Perhatikan ujung ayat dari surat di atas: "Dan ucapkanlah perkataan yang baik" Orang-orang yang merendahkan wanita itu sering memahami hadits dengan salah. Hadits-hadits yang mereka sampaikan antara lain yang diriwayatkan Imam Bukhari bahwa Nabi saw. bersabda: "Tidaklah aku tinggalkan sesudahku suatu fitnah yang lebih membahayakan bagi laki-laki daripada (fitnah) wanita." Mereka telah salah paham. Kata fitnah dalam hadits diatas mereka ertikan dengan "wanita itu jelek dan merupakan azab, ancaman, atau musibah yang ditimpakan manusia seperti ditimpa kemiskinan, penyakit, kelaparan, dan ketakutan." Mereka melupakan suatu masalah yang penting, yaitu bahwa manusia difitnah (diuji) dengan kenikmatan lebih banyak daripada diuji dengan musibah. Allah berfirman: "... Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) ...." (al-Anbiya: 35) Al-Qur'an juga menyebutkan harta dan anak-anak - yang merupakan kenikmatan hidup dunia dan perhiasannya - sebagai fitnah yang harus diwaspadai, sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)..." (at-Taghabun: 15) "Dan ketabuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan ..." (al-Anfal: 28) Fitnah harta dan anak-anak itu ialah kadang-kadang harta atau anak-anak melalaikan manusia dari kewajiban kepada Tuhannya dan melupakan akhirat.

Dalam hal ini Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (al-Munaafiqun: 9) Sebagaimana dikhawatirkan manusia akan terfitnah oleh harta dan anak-anak, mereka pun dikhawatirkan terfitnah oleh wanita, terfitnah oleh isteri-isteri mereka yang menghambat dan menghalangi mereka dari perjuangan, dan menyibukkan mereka dengan kepentingan-kepentingan khusus (peribadi/keluarga) dan melalaikan mereka dari kepentingan-kepentingan umum. Mengenai hal ini Al-Qur'an memperingatkan: "Hai orang-orang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka ..." (at-Taghabun: 14)

Wanita-wanita itu menjadi fitnah apabila mereka menjadi alat untuk membangkitkan nafsu dan syahwat serta menyalakan api keinginan dalam hati kaum laki-laki. Ini merupakan bahaya sangat besar yang dikhawatirkan dapat menghancurkan akhlak, mengotori harga diri, dan menjadikan keluarga berantakan serta masyarakat rusak. Peringatan untuk berhati-hati terhadap wanita disini seperti peringatan untuk berhati-hati terhadap kenikmatan harta, kemakmuran, dan kesenangan hidup, sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih: "Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku takutkan atas kamu, tetapi yang aku takutkan ialah dilimpahkan (kekayaan) dunia untuk kamu sebagaimana dilimpahkan untuk orang-orang sebelum kamu, lantas kamu memperebutkannya sebagaimana mereka dahulu berlomba-lomba memperebutkannya, lantas kamu binasa kerananya sebagaimana mereka dahulu binasa kerananya." (Muttafaq alaih dari hadits Amr bin Auf al-Anshari) Dari hadits ini tidak bererti bahwa Rasulullah saw. hendak menyebarkan kemiskinan, tetapi beliau justru memohon perlindungan kepada Allah dari kemiskinan itu, dan mendampingkan kemiskinan dengan kekafiran. Juga tidak bererti bahwa beliau tidak menyukai umatnya mendapatkan kelimpahan dan kemakmuran harta, kerana beliau sendiri pernah bersabda: "Bagus nian harta yang baik bagi orang yang baik" (HR. Ahmad 4:197 dan 202, dan Hakim dalam al-Mustadrak 2:2, dan Hakim mengesahkannya menurut syarat Muslim, dan komentar Hakim ini disetujui oleh adz-Dzahabi)

Dengan hadits diatas, Rasulullah saw. hanya menyalakan lampu merah bagi peribadi dan masyarakat muslim di jalan (kehidupan) yang licin dan berbahaya agar kaki mereka tidak terpeleset dan terjatuh ke dalam jurang tanpa mereka sedari.

Kasihilah Anak-Anak Yatim

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: “Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang ada anak yatim yang diasuh dengan baik dan sejahat-jahat rumah kaum muslimin adalah rumah yang ada anak yatim yang selalu diganggu dan disakiti hatinya. ”[Riwayat Ibnu Majah]

Huraian

i) Penghormatan dan bantuan kepada anak yatim mestilah dijaga terutama mereka yang terdiri daripada keluarga yang susah kerana anak yatim begitu memerlukan perhatian yang sewajarnya dalam meneruskan kehidupan sebagaimana yang dirasai oleh anak-anak yang lain. Mereka begitu rindukan belaian kasih sayang dan juga keprihatinan semua pihak agar mereka turut gembira.

ii) Rasulullah s.a.w juga merupakan anak yatim dimana bapanya Abdullah meninggal ketika umurnya 2 bulan dalam kandungan. Manakala ibunya Aminah pula meninggal ketika baginda baru berumur 6 tahun iaitu ketika usia seseorang itu dahagakan kasih sayang seorang ibu. Datuknya Abdul Muttalib turut meninggalkan baginda ketika usia baginda 8 tahun.

iii) Allah turut menyebut bagaimana keadaan nabi dan bagaimana pula Allah membantu baginda sehingga menjadi pemimpin yang teragung. Firman Allah dalam ayat 6 - 11 surah ad-Duha yang bermaksud : “Bukankah Dia yakni Allah mendapati engkau wahai Muhammad yatim piatu lalu Dia memberikan perlindungan. Di dapatiNya engkau mencari-cari jalan kebenaran lalu Dia memberikan petunjuk. Didapati-Nya engkau miskin lalu Dia memberikan kekayaan. Oleh itu, janganlah engkau mengasari anak yatim.

Jangan engkau menengking orang yang meminta pertolongan. Maka hendaklah engkau menyebut-nyebut nikmat Tuhanmu sebagai tanda syukur kepadaNya. ”

iv) Islam melarang umatnya daripada mengkhianati dan menghina anak yatim. Tetapi hendaklah memastikan agar hak mereka dalam memiliki harta, ilmu dan kasih sayang sentiasa terjaga. Pastikan mereka lahir sebagai anak yang soleh yang mampu membantu ibu atau bapa mereka yang telah meninggal dunia kerana sesungguhnya membiarkan mereka bererti kita telah mengkhianati agama dan menghina mereka bererti kita turut membenci Rasulullah s.a.w yang juga merupakan anak yatim piatu. Oleh itu bimbinglah mereka ke jalan yang diredhai Allah dan jauhilah mereka daripada jalan kesesatan. Allah telah memberi amaran melalui firman-Nya dalam ayat 1-2 surah al-Ma'un yang bermaksud : “Tahukah engkau tentang orang yang mendustakan agama. Dia ialah orang yang menindas serta berlaku zalim terhadap anak yatim !

10 Tanda-Tanda Kiamat yang Besar

Daripada Huzaifah bin Asid Al-Ghifari ra. berkata:

“Datang kepada kami Rasulullah saw. dan kami pada waktu itu sedang berbincang-bincang. Lalu beliau bersabda: “Apa yang kamu perbincangkan?”.

Kami menjawab: “Kami sedang berbincang tentang hari qiamat“.

Lalu Nabi saw. bersabda: “Tidak akan terjadi hari qiamat sehingga kamu melihat sebelumnya sepuluh macam tanda-tandanya“. Kemudian beliau menyebutkannya:


Asap,
Dajjal,
Binatang,
terbit matahari dari tempat tenggelamnya,
turunnya Isa bin Maryam alaihissalam,
Yakjuj dan Makjuj,
tiga kali gempa bumi, sekali di timur,
sekali di barat dan
yang ketiga di Semenanjung Arab
yang akhir sekali adalah api yang keluar dari arah negeri Yaman yang akan menghalau manusia kepada Padang Mahsyar mereka”.
(H.R. Muslim)

Hamzah bin Abdul Mutthalib - Singa Allah

Thabarani telah mengeluarkan dari Al-Harits At-Taimi dia berkata: Adalah Hamzah bin Abdul Mutthalib r.a. pada hari pertempuran di Badar membuat tanda dengan bulu burung Na'amah (Bangau). Sesudah selesai peperangan, maka seorang dari kaum Musyrikin bertanya: Siapa orang yang bertanda dengan bulu burung Na'amah itu? Maka orang berkata: Dialah Hamzah bin Abdul Mutthalib. Sambut orang itu lagi: Dialah orang yang banyak memalu kita di dalam peperangan itu. (Majma'uz Zawa'id 6:81)

Bazzar mengeluarkan dari Abdul Rahman bin Auf ra. dia berkata: Bertanya Umaiyah bin Khalaf kepadanya: Hai Abdullah! Siapa orang yang memakai bulu burung Na'amah di dadanya pada perang Badar itu? jawabku: Dia itu paman Muhammad, dialah Hamzah bin Abdul Mutthalib ra. Berkata lagi Umaiyah bin Khalaf: Dialah orang yang banyak memalu kita dengan senjatanya sehingga dia dapat membunuh ramai di antara kita. (Majma'uz Zawa'id 6:81)

Hakim telah mengeluarkan dari Sabir bin Abdullah ra. dia berkata: Rasulullah SAW mencari-cari Hamzah pada hari Ubud setelah selesai peperangan, dan setelah semua orang berkumpul di sisinya: Di mana Hamzah? Maka salah seorang di situ menjawab: Tadi, saya lihat dia berperang di bawah pohon di sana, dia terus menerus mengatakan: Aku singa Allah, dan singa RasulNya! Ya Allah, ya Tuhanku! Aku mencuci tanganku dari apa yang dibawa oleh mereka itu, yakni Abu Sufyan bin Harb dan tentera Quraisy. Dan aku memohon uzur kepadamu dari apa yang dibuat oleh mereka itu dan kekalahan mereka, yakni tentera Islam yang melarikan diri! Lalu Rasulullah SAW pun menuju ke tempat itu, dan didapati Hamzah telah gugur. Bila Beliau melihat dahinya, Beliau menangis, dan bila melihat mayatnya dicincang-cincang, Beliau menarik nafas panjang. Kemudian Beliau berkata: Tidak ada kain kafan buatnya?! Maka segeralah seorang dari kaum Anshar membawakan kain kafan untuknya. Berkata Jabir seterusnya, bahwa Rasulullah SAW telah berkata: Hamzah adalah penghulu semua orang syahid nanti di sisi Allah pada hari kiamat. (Hakim 3:199)

Ibnu Ishak telah mengeluarkan dari Ja'far bin Amru bin Umaiyah Adh-Dhamri, dia berkata: Aku keluar bersama Abdullah bin Adiy bin Al-Khiyar pada zaman Mu'awiyah ra... dan disebutkan ceritanya hingga kami duduk bersama Wahsyi (pembunuh Hamzah ra.), maka kami berkata kepadanya: Kami datang ini untuk mendengar sendiri darimu, bagaimana engkau membunuh Hamzah ra. Wahsyi bercerita: Aku akan memberitahu kamu berdua, sebagai mana aku sudah memberitahu dahulu kepada Rasulullah SAW ketika Beliau bertanya ceritanya dariku.

Pada mulanya, aku ini adalah hamba kepada Jubair bin Muth'im, dan pamannya yang bernama Thu'aimah bin Adiy telah mati terbunuh di perang Badar. Apabila kaum Quraisy keluar untuk berperang di Uhud, Jubair berkata kepadaku: Jika engkau dapat membunuh Hamzah, paman Muhammad untuk menuntut balas kematian pamanku di Badar, engkau akan aku merdekakan. Bila tentera Quraisy keluar ke medan Uhud, aku turut keluar bersama mereka. Aku seorang Habsyi yang memang mahir untuk melempar pisau bengkok, dan sebagaimana biasanya orang Habsyi, jarang-jarang tidak mengenai sasaran apabila melempar. Apabila kedua belah pihak bertempur di medan Uhud itu, aku keluar mencari-cari Hamzah untuk kujadikan sasaranku, sehingga aku melihatnya di antara orang yang bertarung, seolah-olahnya dia unta yang mengamuk, terus memukul dengan pedangnya segala apa yang datang menyerangnya, tiada seorang pun yang dapat melawannya. Aku pun bersiap untuk menjadikannya sasaranku. Aku lalu bersembunyi di balik batu berdekatan dengan pohon yang dia sedang bertarung, sehingga apabila dia datang berdekatan denganku, mudahlahlah aku melemparkan pisau racunku itu.

Tatkala dia dalam keadaan begitu, tiba-tiba datang menyerangnya Sibak bin Abdul Uzza. Apabila Hamzah melihat Sibak datang kepadanya, dia berteriak: Mari ke sini, siapa yang hendak mencari maut! Dipukulnya dengan sekali pukulan kepalanya terus berguling di tanah. Maka pada ketika itulah, aku terus mengacung-acungkan pisau bengkokku itu, dan apabila aku rasa sudah tepat sasaranku, aku pun melemparnya kepada Hamzah mengenai bawah perutnya terus rnenembusi bawah selangkangnya. Dia mencoba hendak menerkamku, tetapi dia sudah tidak berdaya lagi, aku lalu meninggalkannya di situ sehinggalah dia mati. Kemudian aku kembali lagi untuk mengambil pisau bengkokku itu, dan aku membawanya ke perkemahan kami. Aku duduk di situ menunggu, dan aku tidak punya hajat yang lain, selain dari hendak membunuh Hamzah agar aku dapat dimerdekakan oleh tuanku.

Apabila kami kembali ke Makkah, seperti yang dijanjikan oleh tuanku, aku dimerdekakan. Aku terus tinggal di Makkah. Dan apabila kota Makkah ditakluki oleh Rasulullah SAW aku pun melarikan diri ke Tha'if dan menetap di sana. Apabila rombongan orang-orang Tha'if bersiap-siap hendak menemui Rasulullah SAW untuk memeluk Islam, aku merasa serba salah tidak tahu ke mana harus melarikan diri. Aku berfikir, apakah aku harus melarikan diri ke Syam, atau ke Yaman, ataupun ke negeri-negeri lainnya, sampai kapan aku akan menjadi orang buruan?! Demi Allah, aku merasakan diriku susah sekali. Tiba-tiba ada orang yang datang kepadaku memberi nasehat: Apa yang engkau susahkan? Muhammad tidak membunuh orang yang masuk ke dalam agamanya, dan menyaksikan syahadat kebenaran! Aku tidak ada jalan melainkan menerima nasehat itu. Aku pun menuju ke Madinah untuk menemui Rasulullah SAW Memang tiada disangka-sangkanya melainkan dengan tiba-tiba Beliau melihatku berdiri di hadapannya menyaksikan syahadat kebenaran itu. Beliau lalu menoleh kepadaku seraya berkata: Apakah engkau ini Wahsyi? Jawabku: Saya, wahai Rasulullah! Beliau berkata lagi: Duduklah! Ceritakanlah bagaimana engkau rnembunuh Hamzah?! Aku lalu menceritakan kepadanya seperti aku menceritakan sekarang kepada kamu berdua.

Apabila selesai bercerita, Beliau berkata kepadaku: Awas! Jangan lagi engkau datang menunjukkan wajahmu kepadaku! Kerana itu aku terus-menerus menjauhkan diri dari Rasulullah SAW supaya Beliau tidak melihat wajahku lagi, sehinggalah Beliau wafat meninggalkan dunia ini. Kemudian apabila kaum Muslimin keluar untuk berperang dengan Musailimah Al-Kazzab, pemimpin kaum murtad di Yamamah, aku turut keluar untuk berperang dengannya. Aku bawa pisau bengkok yang membunuh Hamzah itu. Ketika orang sedang gawat bertempur, aku mencuri-curi masuk dan aku lihat Musailimah sedang berdiri dan di tangannya pedang yang terhunus, maka aku pun membuat persiapan untuk melemparnya dan di sebelahku ada seorang dari kaum Anshar yang sama tujuan denganku. Aku terus mengacung-acungkan pisau itu ke arahnya, dan apabila aku rasa sudah boleh mengenai sasarannya, aku pun melemparkannya, dan mengenainya, lalu orang Anshar itu menghabiskan hidupnya dengan pedangnya. Aku sendiri tidak memastikan siapa yang membunuh Musailimah itu, apakah pisau bengkokku itu, ataupun pedang orang Anshar tadi, hanya Tuhan sajalah yang lebih mengetahui. Jika aku yang membunuhnya, maka aku telah membunuh orang yang terbaik pada masa hayat Rasulullah SAW dan aku juga sudah membunuh orang yang paling jahat sesudah hayat Beliau. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 4:18)

Bukhari telah mengeluarkan dari Ja'far bin Amru sebagaimana cerita yang sebelumnya, cuma apabila orang ramai berbaris untuk berperang, lalu keluarlah Sibak seraya menjerit: Siapa yang akan melawanku? Hamzah pun keluar untuk melawannya, lalu Hamzah berkata kepadanya: Hai Sibak! Hai putera Ummi Anmar, tukang sunnat orang perempuan! Apakah engkau hendak melawan Allah dan RasulNya? Hamzah lalu menghantamnya dengan suatu pukulan yang keras menghabiskannya.

10 Sahabat Yang Telah Dijamin Masuk Syurga

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.”

(Qs At-Taubah : 100)

Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).

1. Abu Bakar Siddiq ra.

Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran

(Surah At-Taubah ayat ke-40)

sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits.

2. Umar Bin Khatab ra.

Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.

3. Usman Bin Affan ra.

Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

4. Ali Bin Abi Thalib ra.

Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.

5. Thalhah Bin Abdullah ra.

Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.

6. Zubair Bin Awaam

Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.

7. Sa’ad bin Abi Waqqas

Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

8. Sa’id Bin Zaid

Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.

9. Abdurrahman Bin Auf

Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.

10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah

Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

Asma' binti Umais Muslimah Pilihan

SIAPAKAH ASMA' BINTI UMAIS

Ibn Katsir menulis di dalam kitabnya Bidayah wan Nahiyah beliau ialah Asma binti Umais bin Maadd bin Tamin al Khatsamiyyah adalah isteri Khalifah Abu Bakar ra yang sebelumnya diperisterikan oleh Jafar bin Abi Talib.

Dari perkahwinan dengan Jafar bin Abi Talib beliau melahirkan tiga putra yakni Abdullah, Muhammad dan Aunan.[ kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi ]

Perkahwinan dengan Abu Bakar ra beliau melahirkan Muhammad bin Abu Bakar ra. Apabila Asma berkahwin dengan Ali ra, maka Muhammad bin Abu Bakar menjadi anak tiri atau anak angkat kepada Ali ra.

Setelah Abu Bakar ra meninggal dunia beliau berkahwin pula dengan Ali bin Abi Talib , adek suaminya yang pertama.[Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.Oleh H.M.H. Al Hamid Al Husaini] Beliau adalah isteri ke enam bagi Ali ra.

Perkhwinan dengan Ali melahirkan Yahya dan Muhammad al Ashgar.Ibn Katsir mengambil riwayat ini dari Ibnul Kalbi. Bagaimanapun Ibn Katsir mengatakan al Waqidi mengatakan “ Beliau memperoleh dua orang putra darinya, Yahya dan Aun, adapun Muhammad al Ashghar berasal dari ummul walad[Ummul walad adalah hamba wanita]. Dalam hal ini kita dapati ada perselisihan pendapat penulis sejarah.

FITNAH PERIHAL RENGGANGNYA KELUARGA ABU BAKAR RA. DENGAN KELUARGA ALI RA.

Suatu yang istimewa dengan Asma binti Umais, beliau adalah sahabat terdekat Sitti Fatimah r.a. Asma inilah yang mendampingi Fatimah r.a. dengan setia dan melayaninya dengan penuh kasih-sayang semasa sakit hingga detik-detik terakhir hayatnya.[Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.Oleh H.M.H. Al Hamid Al Husaini]

Kalau demikian rapat hubungan Asma ra dengan Fatimah ra bermakna rapat jugalah hubungan dengan Abu Bakar ra , kerana masa itu Asma adalah isteri Khalifah Abu Bakar. Perlu diingat Fatimah ra meninggal dunia enam bulan selepas Rasullah saw meninggal dunia. Jadi bagaimana boleh timbul fitnah kerengangan hubungan Fatimah ra dan Ali ra dengan Abu Bakar ra.? Dikatakan berita kewafatan Fatimah ra. telah dirahsiakan dari pengetahuan Abu Bakar ra.

Rumah Fatimah r.a @ Ali r.a hanya ditepi masjid Nabawi, dan ABu Bakar adalh Imamnya – mungkinkah kematian Fatimah r.a menjadi rahsia? Asma bt Umais r.a yang menguruskan jenazah Fatimah r.a adalah sahabat baik Fatimah r.a adalah isteri Abu Bakar r.a!

HIJRAH ASMA’ KE MADINAH

PERJALANAN dari Habsyah ke Madinah terasa begitu lama. Rindu pada insan mulia, anak saudara suaminya sendiri, membuak-buak di hatinya. Meskipun hidup di Habsyah aman dan tenang di bawah pemerintahan Najasyi yang adil serta terhindar daripada gangguan kafir Quraisy, hatinya tetap rindu bagi bersama insan mulia dalam menegakkan agama Islam.

"Jauh lagikah? Saya tidak sabar tiba di Madinah. Inilah yang saya harapkan sekian lama;' kata Asma' binti Umais pada suaminya, Jaafar bin Abi Talib yang mengetuai penghijrahan kaum Muslimin ke Habsyah.

"Insya-Allah tidak lama lagi;' jawab J aafar lirih.

Jaafar memandang ketiga-tiga anaknya yang dilahirkan di Habsyah iaitu Muhammad, Abdullah dan Aun. Mereka masih kecil dan belum mengerti apakah yang sedang bergolak di hati ibu dan ayah mereka. Mereka belum tahu erti perjuangan menegakkan agama Islam.

Namun, di bawah didikan Rasulullah nanti, Jaafar mahu melihat mereka membesar menjadi pejuang-pejuang agama yang memiliki iman yang kental.

Jaafar kemudian menoleh pada isterinya. "Tidak sedihkah meninggalkan anak susuanmu Abdullah?" Jaafar cuba menduga hati Asma'.

Asma' termenung mendengar pertanyaan suaminya itu. Tujuh tahun lamanya dia tinggal di Habsyah sesudah berhijrah ke sana bersama segelintir kaum Muslimin yang lain demi menyelamatkan diri daripada gangguan kafir Quraisy.

Selama tujuh tahun, mereka begitu akrab dengan Najasyi yang begitu baik kepada mereka. Selepas Najasyi masuk Islam di tangan Jaafar, Asma' mendapat tempat yang istimewa dalaM keluarga raja itu.

Ini terbukti apabila Najasyi menamakan puteranya nama yang serupa dengan anaknya, Najasyi meminta Asma' menyusukan puteranya bersama-sama anaknya.

"Abdullah anak susuan saya dan bumi Habsyah tetap saya ingati. Namun, rindu saya pada Rasulullah dan negara Islam Madinah, tidak ada tolak bandingnya;' jawab Asma'.

Jaafar terangguk-angguk mendengar kata-kata isterinya. "Saya mendapat khabar Rasulullah sedang menunggu kepulangan kita. Beliau juga begitu merindui kita semua kata Jaafar.

Selepas menempuh perjalanan yang lama, akhimya rombongan mereka tiba di Madinah. Ketika itu, kaum Muslimin sedang meraikan kemenangan mereka mengalahkan kafir Quraisy dalam perang Khaibar.

"Allahu akbar! Allahu akbar! Allahu akbar!" Rasulullah dan kaum Muslimin bertakbir memuji kebesaran Allah atas kemenangan mereka itu.

Muslimah Pilihan

Ketika itulah Jaafar dan rombongannya tiba di hadapan Rasulullah.

Sebaik sahaja beliau melihat Jaafar, beliau begitu gembira. Beliau segera memeluk Jaafar dan mencium dahinya.

"Demi Allah, aku tidak tahu mana yang lebih menggembirakan diriku, kedatangan Jaafar atau kemenangan Khaibar kata Rasulullah kepada seluruh hadirin.

Asma' dan Jaafar tinggal di Madinah dengan penuh bahagia di samping menimba ilmu yang berharga daripada Rasulullah.

"Isteriku, saya telah mendapat perintah daripada Rasulullah supaya berangkat ke Syam memerangi tentera Byzantine;' ujar Jaafar kepada Asma' pada suatu hari.

"Siapakah yang memimpin tentera Muslimin?" soal Asma'.

"Zaid bin Harisah. Akan tetapi, sekiranya dia syahid, sayalah yang menggantikan tempatnya jawab Jaafar, "Pergilah suamiku. Semoga Allah memberi kemenangan ke atas kaum Muslimin” kata Asma' kepada suaminya.

Seluruh umat Islam temanti-nanti kepulangan kaum Muslimin. Belum ada khabar berita sama ada kaum Muslim memperoleh kemenangan atau sebaliknya.

Hati Asma' bergetar apabila Rasulullah datang ke rumahnya. Rasulullah mendekati ketiga-tiga anak Asma', lalu mencium mereka dengan , mata berlinangan.

"Wahai Rasulullah, apakah yang membuatkan anda menangis? Adakah anda telah mendapat khabar tentang Jaafar dan sahabat-sahabatnya?" soal Asma'.

"Benar, dia telah gugur syahid hari ini” jawab Rasulullah ringkas.

Mendengar jawapan Rasulullah itu, Asma' tidak dapat menahan rasa sedihnya. Dia menangis teresak-esak di samping anak-anaknya. Namun, dia tetap sabar demi mengharapkan reda Allah .

ASMA’ MENJADI ISTERI ABU BAKAR AS-SIDDIQ

Tidak lama sesudah itu, Asma' berkahwin dengan Abu Bakar as-Siddiq selepas isteri beliau, Ummu Rumaan meninggaI. Asma' terus setia di samping Abu Bakar, sehingga beliau dilantik menjadi khalifah selepas Rasulullah wafat. Asma' juga bersabar ketika menghadapi saat-saat Abu Bakar sakit kuat.

"Asma', apabila aku meninggal dunia, mandikanlah jasadku. Dan bukalah puasamu agar dirimu lebih kuat:” pesan Abu Bakar apabila dia merasakan maut semakin menghampirinya.

"Baiklah:” jawab Asma' sambil matanya tidak lepas memandang suaminya yang berada di ambang sakaratul maut.

Tidak lama kemudian, lnnalillahi wainna ilaihirojiun.

Asma' berasa sedih dengan kematian Abu Bakar. Namun begitu, dia segera menunaikan wasiat Abu Bakar agar memandikan jenazahnya.

Asma' kembali bersendirian membesarkan anak-anaknya. Dia mendidik mereka dengan memohon kepada Allah agar memperbaiki anak-anaknya sehingga mereka akhirnya menjadi imam bagi orang-orang bertakwa.

ASMA’ MENJADI ISTERI ALI BIN ABI TALIB

Sedih yang dialami oleh Asma' segera diubati oleh Ali bin Abi Talib. Beliau datang meminang Asma' selepas Fatimah az-Zahra meninggal.

Ketika Ali bin Abi Talib dilantik sebagai khalifah yang keempat, Asma' turut memikul tanggungjawab sebagai isteri khalifah bagi kaum muslimin dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar.

Demikianlah Asma' binti Umais, wanita yang menjadi pendamping kepada tiga pemimpin besar kaum Muslimin iaitu Jaafar bin Abi Talib, Abu Bakar bin Siddiq dan Ali bin Abi Talib. Semoga Allah merahmatinya.

Asma' amat mencintai ketiga-tiga suaminya. Katanya, "Aku tidak melihat seorang pemuda daripada bangsa Arab yang lebih baik daripada Jaafar, dan aku tidak melihat seorang setengah baya yang lebih baik daripada Abu Bakar, dan Ali tidak kurang kebaikannya dibandingkan kedua-duanya".

Khalifah Umar r.a dan Sa'ad Abi Waqqas r.a

Umar al-Khattab telah melantik Sa'ad Abi Waqqas r.a seorang sahabat besar Nabi s.a.w sebagai gabenor di Kufah, Iraq. Namun terdapat beberapa kumpulan munafiq yang amat benci kepada Sa'ad, lalu membuat aduan palsu kononnya Sa'ad r.a tidak adil dalam pembahagian dan tidak memimpin ketika peperangan. Sedangkan di ketika itu, kerajaan Islam sedang sibuk membuat persiapan untuk menuju ke Nahawand. Amat difahami kumpulan ini ingin mengganggu kelancaran perancngan kerajaan Islam.

Walaupun aduan ini sememangnya telah diketahui palsu oleh Umar Al-Khattab r.a tetapi beliau masih meraikannya secara SERTA MERTA dengan menghantar wakil penyiasat iaitu Muhammad Ibn Maslamah. Umar r.a seorang yang amat sensitif dan serius dengan segala laporan terhadap gabenor lantikannya. Tatkala proses siasatan terbuka dijalankan, semua wakil ketua yang berada di Kufah tidak tahu menahu berkenaan laporan ketidakladilan Sa'ad lalu semuanya mengkhabarkan kebaikan Sa'ad.

Tiba-tiba muncul Usamah Bin Qatadah mendakwa Sa'ad tidak adil dan tidak memimpin perang. Sa'ad menafikan dengan sumpah serta mendoakan buta mata, kurang zuriat dan terdedah kepada fitnah dunia bagi sesiapa yang menipu dan melontarkan fitnah ke atasnya. Hasil doa individu soleh seperti Sa'ad, kesemua kumpulan yang meinpu ini mati . Usamah pula menjadi buta, kurang zuriat dan ditimpa nafsu syahwat yang luar biasa.

Walaupun Sa'ad terbukti selepas itu tidak bersalah, demi mengelakkan perpecahan dan menjaga status Sa'ad bin Abi Qaqqas, Umar al-Khattab meminta Sa'ad untuk menamakan penggantinya, lalu dilantik ‘Abdullah bin Abdullah Bin ‘Utban yang merupakan timbalan kepada Sa'ad sebelum ini. Manakala Sa'ad di bawa ke Madinah bagi menyertai ahli Majlis Syura Khalifah di Madinah.